Abah,
Aku rindu
Untuk: abah Khoif
Saat Al Hikmah
terlelap
Aku bersama
pernik langit meletupkan rindu
Dari menara
berkedip cahaya ilmu-mu
Tumpah di
belantara kerlip baratdaya-ku
Tanpa kehadiranmu
bercucuran air sedu sedanku
Padahal hanya
engkau yang bisa ku tatap
Walau terpejam
dalam jiwa yang karam
Candamu dan
titahmu kuangankan
Namun hanya
lekang yang menyapa sisa asa
Padahal hanya
nadamu yang dapat kudengar
Walau tertutup
oleh serenda-serenda pahit yang berkobar
Abah, aku
merindukanmu
Laksana Yusuf
merindukan ya’qub
Harus kemana
kualihkan pandangan kosong ini
Bila surya benar
terbenam di kakimu
Haruskah pada
lintang yang merahasiakan jumlahnya
Atau rembulan
yang badru
Pada
aurora-aurora bergaun warna
Pada mega putih
penyegel duka?
Aku tak bisa..
Di bawah kakimu,
langit hidupku
Pesta langitku
ada dalam pijakanmu
Belum sosokmu,
langit tujuh abdiku
Tak ada danau air
mata yang memuat tangis rinduku
Selain pada
wajahmu.
Luap amarahmu tak
se-jeram dosaku
Arus salahmu tak
se deras salahku
Ilmu-mu adalah
paku bumi tanganku pada tanah islami
Petuahmu adalah tirai
tinggi yang membuatku kelu kelacutan
Tak sepantasnya
kusangka.
Aku yang salah
Maka seluruh
nyawaku kutebuskan untuk maafmu
Seluruh sadar ku
koyak busuk anganku
Abah,
Jika dahulu ku
berteriak, sejatinya itu merengek
Jika dahulu ku
membarontak, sejatinya itu mengulat
Jika dahulu ku
melawan, sejatinya itu sendawa setan
Maka teteskan
maafmu pada fikiranku yang meledak khawatir umpatmu
Abah, aku
merindukanmu
Semua sudut dunia
terasa lebih hambar tanpamu
Semua ilmu
berubah rasa kalau bukan kau yang merapal
Senyumlah, bah..
Kirimkan senyum
itu dalam mimpiku
Lewatkan dengan
angin belantara kota kerlipmu
Aku merindukan
senyummu
Senyum khasmu,
cerah tak berkabut
Aku merindukan
rindumu
Sama seperti aku
merindukan dahuluku
Di sampingmu
ZalGhod
7 May 2016