Minggu, 08 Mei 2016



Abah, Aku rindu
Untuk: abah Khoif

Saat Al Hikmah terlelap
Aku bersama pernik langit meletupkan rindu
Dari menara berkedip cahaya ilmu-mu
Tumpah di belantara kerlip baratdaya-ku
Tanpa kehadiranmu bercucuran air sedu sedanku
Padahal hanya engkau yang bisa ku tatap
Walau terpejam dalam jiwa yang karam
Candamu dan titahmu kuangankan
Namun hanya lekang yang menyapa sisa asa
Padahal hanya nadamu yang dapat kudengar
Walau tertutup oleh serenda-serenda pahit yang berkobar

Abah, aku merindukanmu
Laksana Yusuf merindukan ya’qub
Harus kemana kualihkan pandangan kosong ini
Bila surya benar terbenam di kakimu
Haruskah pada lintang yang merahasiakan jumlahnya
Atau rembulan yang badru
Pada aurora-aurora bergaun warna
Pada mega putih penyegel duka?
Aku tak bisa..
Di bawah kakimu, langit hidupku
Pesta langitku ada dalam pijakanmu
Belum sosokmu, langit tujuh abdiku
Tak ada danau air mata yang memuat tangis rinduku
Selain pada wajahmu.
Luap amarahmu tak se-jeram dosaku
Arus salahmu tak se deras salahku
Ilmu-mu adalah paku bumi tanganku pada tanah islami
Petuahmu adalah tirai tinggi yang membuatku kelu kelacutan
Tak sepantasnya kusangka.
Aku yang salah
Maka seluruh nyawaku kutebuskan untuk maafmu
Seluruh sadar ku koyak busuk anganku
Abah,
Jika dahulu ku berteriak, sejatinya itu merengek
Jika dahulu ku membarontak, sejatinya itu mengulat
Jika dahulu ku melawan, sejatinya itu sendawa setan
Maka teteskan maafmu pada fikiranku yang meledak khawatir umpatmu
Abah, aku merindukanmu
Semua sudut dunia terasa lebih hambar tanpamu
Semua ilmu berubah rasa kalau bukan kau yang merapal
Senyumlah, bah..
Kirimkan senyum itu dalam mimpiku
Lewatkan dengan angin belantara kota kerlipmu
Aku merindukan senyummu
Senyum khasmu, cerah tak berkabut
Aku merindukan rindumu
Sama seperti aku merindukan dahuluku
Di sampingmu

ZalGhod
7 May 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar